Sesaat sebelum kepergian Rasulullah Saw ketika beliau meminta untuk dibawakan pena dan kertas agar dapat menuliskan wasiatnya, lalu Umar bin Khattab mencegahnya untuk menulis wasiat, mengapa Ali bin Abi Thalib diam saja?
Jawaban:
Mari kita simak apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas:
“Rasulullah Saw pada hari kamis, sesaat sebelum ia meninggalkan dunia fana ini, berkata: “Bawakanlah aku pena beserta tintanya agar aku dapat menuliskan sesuatu untuk kalian supaya kalian tidak akan tersesat setelahku.”[1] Namun sebagian dari orang-orang yang hadir di situ bangkit tidak setuju dengan penulisan wasiat itu. Umar bin Khattab berkata, “Rasa sakit begitu menguasai Rasulullah Saw.” Dalam riwayat lain ditukil bahwa ia berkata, “Rasulullah Saw telah mengigau.” Para sahabat bercekcok satu sama lain. Rasulullah Saw kesal atas itu dan berkata, “Keluarlah kalian semua. Tidak pantas kalian ribut di hadapan nabi.” Inilah musibah yang paling besar dalam Islam, yakni saat Rasulullah Saw dihalangi untuk menuliskan wasiatnya. Sampai-sampai dali balik tirai terdengar suara wanita-wanita berteriak mencela para sahabat yang mencegah penulisan wasiat itu.
Da dua pertanyaan di sini:
- Mengapa khalifah kedua menentang perintah nabi? Bukankah itu termasuk pembangkangan terhadap Rasulullah Saw? Al Qur’an menyebutkan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[2]
Bukankah mencegah nabi untuk menuliskan wasiatnya termasuk mendahului Allah dan Rasul-Nya?
- Mengapa Rasulullah Saw tidak jadi menuliskan wasiatnya? Jawabannya jelas; karena waktu beliau ingin menulis beliau dianggap mengigau, maka untuk apa menuliskannya? Jikapun beliau tetap menuliskan wasiatnya, kelak pasti dianggap wasiat tersebut igauan nabi. Kalau begini jangan-jangan Islam adalah igauan nabi?
Lalu untuk apa Ali diam saja? Jelas ketika nabi tidak jadi menuliskan wasiatnya, Ali hanya diam menuruti nabinya. Ia tidak akan melakukan hal lain yang menentang keputusan nabi.
Mungkin dengan pertanyaan ini si penanya ingin mencari titik kelemahan Syiah. Namun dengan adanya hadits di atas dan itu pun ditukil oleh Bukhari dalam Shahihnya di setiap jilidnya, itu merupakan pukulan balik terhadap ajaran Bani Umayah, plus, hadits-hadits tersebut mempertanyakan keadilan para sahabat nabi.
Meskipun nabi tidak jadi menuliskan wasiat, tak masalah. Karena secara tidak langsung wasiat tersebut telah sering sekali disampaikan sebelumnya. Contohnya saat beliau pergi ke masjid, beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku meninggalkan dua pusaka berharga untuk kalian: Kitab Allah dan Itrah (Ahlul Bait) ku. Jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, kalian tak akan tersesat selamanya.”[3]
Dalam hadits di atas Rasulullah Saw juga menggunakan kata “tersesat” sama persis dengan apa yang ada pada hadits sebelumnya.
[1] Shahih Bukhari, hadits nomor 114, 3053, 3186, 4432, 5669, 7366.
[2] Al Hujurat, ayat 1.
[3] Sunan Tirmidzi, jilid 2, halaman 207; Musnad Ahmad, jilid 3, halaman 17, 26, 59, dan jilid 4 halaman 366 dan 371; Mustadrak Al Hakim, jilid 3, halaman 109; Kitab As Sunnah, halaman 629, hadits 1553.