Berikut ini adalah kutipan ceramah Hujjatul Islam Mas’ud ‘Aali, salah seorang ulama Syiah ternama di Iran, di malam ke-11 Muharram 1403 H / 2024:
Ada satu kalimat dalam Ziarah Asyura, yang menjelaskan apa itu syarat agar kita tidak terpisahkan dari Ahlul Bait as. Baik di alam dunia, alam barzakh, hari kiamat sampai alam akhirat… Jika kita amalkan kalimat itu kita tidak akan terpisah dari Ahlul Bait as. Kita membacanya di ziarah Asyura:
فَاَسْـاَلُ اللّهَ الَّذى اَکْرَمَنى بِمَعْرِفَتِکُمْ وَ مَعْرِفَةِ اَوْلِیائِکُمْ، وَ رَزَقَنِـى الْبَرائَـةِ مِنْ اَعْدائِکُـمْ، اَنْ یَجْعَلَنى مَعَکُمْ فِى الدُّنْیا وَ الاْخِرَةِ
Di situ dijelaskan, supaya kita bisa selalu bersama Ahlul Bait as, ada tiga syarat:
1. Mengenal Ahlul Bait
2. Mengenal para pecinta Ahlul Bait
3. Berlepas tangan dari musuh mereka
Yang pertama adalah Ma’rifah Ahlul Bait. Yakni mengenal Ahlul Bait. Anda sekalin bisa mengenal Ahlul Bait itu sungguh berharga. Tapi itu tidak cukup, ada syarat kedua dan ketiga…
Yang kedua adalah Ma’rifah Auliya Ahlul Bait. Mengenal para wali Ahlul Bait. Siapakah mereka? Yang dimaksud adalah para pecinta Ahlul Bait as, seperti saya dan Anda sekalian ini. Kita semua.
Jangan dibayangkan Auliya Ahlul Bait adalah Salman Alfarisi, Abu Dzar, Miqdad dan Ammar Yasir. Tidak perlu jauh-jauh… Yang dimaksud adalah kita semua, sesama para pecinta Ahlul Bait.
Jadi, jika kita ingin selalu bersama Ahlul Bait, mengenal manusia-manusia suci itu saja tidak cukup, kita juga perlu mengenal, mencintai dan menghormati para pecinta Ahlul Bait juga. Inilah yang diajarkan oleh Ziarah Asyura kepada kita selama ini.
Ada orang-orang yang memang menghormati Rasulullah saw tapi mereka tidak mau menghormati pengikut Rasulullah saw.
Pada suatu hari Rasulullah melihat salah satu sahabatnya yang di Madinah terkenal kaya raya. Ia duduk bersama Nabi. Tak lama datang orang fakir miskin, berpakaian kucel dan duduk di samping orang kaya itu. Orang kaya tersebut di hadapan Nabi beranjak menghindar dan menjauhi si miskin.
Nabi pun bertanya, “Kenapa engkau pergi menghidar? Kau takut tertular miskin? Atau kau takut menularkan kekayaanmu kepada orang miskin itu?”
Orang kaya mengaku salah dan menyesal, merasa terbujuk waswas setan. Ia berkata, “Aku bersedia memberikan separuh kekayaanku kepadanya untuk menebus kesalahanku ini.”
Nabi bertanya kepada si miskin, “Apakah kau mau menerimanya?” Miskin menjawab, “Tidak wahai Rasulullah.” Nabi heran dan bertanya,” Mengapa?” Dia jawab, “Aku tidak mau menjadi kaya lalu seperti dia.”
Pada suatu hari Imam Ja’far Shadiq as kepada salah satu sahabatnya secara mengherankan tiba-tiba berkata,”Wahai fulan, mengapa engkau menghina kami?”
Ia terheran dan bertanya, “Kapankah saya pernah menghina Anda? Menyebut nama Anda saja saya selalu berhati-hati. Saya tidak pernah mau menghina Anda.”
Imam berkata, “Bukankah kamu, yang waktu itu di Juhfah (di dekat Makkah) di siang hari yang panas berkendara lalu ada saudaramu yang meminta tumpangan namun kau tidak menghiraukannya? Padahal kau tidak ada halangan untuk membantunya…”
Beliau melanjutkan, “Bukankah kamu tahu, kalau ada orang yang tidak peduli kepada pengikut Ahlul Bait berarti ia juga tidak peduli kepada Ahlul Bait?”
Saudara saudari, mari kita pahami, bahwa jika kita saling menghormati dan menjaga hak-hak sesama pengikut Ahlul Bait as, kita akan mendapatkan martabat tinggi di hadapan Ahlul Bait as.