Khilafah Rasulullah saw dan kepemimpinan umat Islam bukan merupakan sebuah masalah yang didiamkan oleh Rasulullah saw hingga akhir hayatnya dan meninggal tanpa ada kejelasan bagi umat Islam terkait dengan masalah kepemimpinan (imamah) dan khilafah. Semenjak waktu diperintahkan untuk mengumumkan risalahnya secara terang-terangan, Rasulullah saw telah memikul tugas untuk memperkenalkan penggantinya.
Tatkala ayat yang berbunyi “Dan berikanlah peringatan kepada kerabat terdekatmu” (QS. Al-Syua’ara [26]: 214) turun pada tahun ketiga bi’tsah (pengutusan), Nabi meminta Ali datang kepadanya dan bersabda, “Aku diperintahkan Tuhanku untuk mengajak para kerabatku kepada Islam. Siapkanlah makanan dan semangkuk susu. Undanglah Bani Abdul Muththalib supaya aku dapat menjalankan tugas yang dipikulkan di pundakku kepada mereka.”
Ali bertutur: “Aku mengundang seluruh Bani Abdul Muththalib yang jumlahnya kurang-lebih empat puluh orang. Makanan yang telah disiapkan, aku hidangkan. Mereka menyantap hidangan makanan dan meminum susu. Akan tetapi, makanan dan susu yang ada tidak berkurang-kurang. Manakala Nabi saw ingin menyampaikan pidato kepada mereka, Abu Lahab berkata, ‘Muhammad telah melakukan sihir kepada kalian.’ Majelis pun bubar sebelum Nabi saw menyampaikan pidatonya.
“Pada keesokan harinya, Nabi saw memerintahkan untuk mengundang mereka kembali dan menyiapkan makanan dan susu untuk mereka.
“Ketika mereka telah berkumpul dan selesai menyantap hidangan, Nabi saw angkat bicara dan bersabda, ’Wahai Bani Abdul Muththalib, Demi Allah, aku tidak mengenal seorang Arab yang membawa sesuatu yang lebih baik dari yang aku bawa kepada kalian. Aku membawa sesuatu yang berharga bagi dunia dan akhirat kalian dan Tuhanku menitahkan kepadaku untuk mengajak kalian kepadanya (Islam). Siapakah di antara kalian yang siap membantuku dalam menjalankan tugas ini?’
“Aku (Ali) yang saat itu adalah orang yang paling muda di antara hadirin, berkata, ’Wahai Rasulullah! Aku siap membantumu dalam menjalankan tugasmu.’
Rasulullah saw merangkul leherku dan bersabda, ’Inilah saudara, wasi dan khalifahku di antara kalian. Dengarkanlah ia dan taatilah perintahnya.’
Pada saat-saat itu, seluruh hadirin berdiri dan sembari tertawa, mereka berkata kepada Abu Thalib, ’Keponakanmu memerintahkanmu untuk menaati Ali (anakmu).’”[1]
Menurut sebuah riwayat Rasulullah saw mengulang tiga kali permintaannya kepada hadirin tentang siapa yang akan membantunya dalam menjalankan tugas risalah dan tidak seorang pun yang memenuhi permintaan itu kecuali Ali as.[2]
[1] Kanz al-‘Ummal, jil. 13, hal. 131, hadis ke-36419 dan hal. 149, hadis ke-36465; Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 62.
[2] Faraidh al-Simthain, jil. 1, hal. 85, bab 16, hadis ke-65.
Sumber: Buku GHADIR KHUM – Kajian Kritis Berdasarkan Riwayat Ahlusunnah