Jumat, Januari 24

Menyebut-nyebut kebaikan dapat meleburkan pahala kebaikan tersebut

Dalam Doa Makarimul Akhlak yang diajarkan oleh Imam Zainal Abidin as disebutkan:

و أَجرِ لِلنّاسِ عَلى‌ يَدَيَّ الخَيرَ، و لا تَمحَقهُ بِالمَن‌

Ya Allah, alirkanlah kebaikan melalui tangan-tanganku, tapi jangan Kau biarkan lenyap pahalanya dengan kusebut-sebut kebaikan itu.

Allah swt berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 264:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)

Dalam istilah bahasa Arab, kata Minnah (منة) adalah menyebut-nyebut dan menceritakan kembali, serta menghitung-hitung nikmat dan kebaikan yang telah diberikan/dilakukan kepada orang lain. Hal ini dapat menyebabkan runtuhnya pahala perbuatan baik tersebut.

Ada banyak riwayat mengenai Minnah ini. Di antaranya adalah:

Imam Shadiq as berkata:

المَنُ‌ يَهدِمُ‌ الصَّنيعَةَ

Menyebut-nyebut kebaikan menghancurkan kebaikan itu

Al-Kafi jil 4 hal 22

Diriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda:

مَنْ أَسْدَى إِلَى مُؤْمِنٍ مَعْرُوفاً ثُمَّ آذَاهُ بالكَلَامِ أَوْ مَنَّ عَلَيْهِ فَقَدْ أَبْطَلَ اللَّهُ صَدَقَتَهُ

Barang siapa berbuat baik kepada seorang mukmin kemudian ia menyakiti perasaannya dengan perkataannya serta menyebut-nyebut kebaikannya maka Allah meruntuhkan pahala kebaikan itu.

Tafsir Ali bin Ibrahim Qumi jil 1 hal 91

Begitu pula Rasulullah saw bersabda:

مَنِ اصْطَنَعَ إِلَى أَخِيهِ مَعْرُوفاً فَامْتَنَّ بِهِ أَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلَهُ وَ ثَبَّتَ وِزْرَهُ وَ لَمْ يَشْكُرْ لَهُ سَعْيَهُ

Barang siapa berbuat baik kepada saudara seimannya lalu menyebut-nyebut kebaikan itu maka Allah meruntuhkan pahala amalnya dan menuliskan dosa untuknya serta tidak memberikan ganjaran atas perbuatannya itu.

Man Laa Yahdhuruhul Faqih Syaikh Shaduq jil 4 hal 17

Ishaq bin Ammar menukilkan sebuah peristiwa yang menarik yang menekankan bahwa ketika seseorang melakukan kebaikan untuk sesamanya, betapa ia harus berhati-hati untuk tidak sampai menyebut-nyebut kebaikannya bahkan menyinggungnya sedikitpun. Imam Shadiq as berkata:

يَا إِسْحَاقُ، كَيْفَ تَصْنَعُ بِزَكَاةِ مَالِكَ إِذَا حَضَرَتْ؟ قَالَ: يَأْتُونِّي إِلَى الْمَنْزِلِ فَأُعْطِيهِمْ. فَقَالَ لِي: مَا أَرَاكَ يَا إِسْحَاقُ إِلَّا قَدْ أَذْلَلْتَ الْمُؤْمِنِينَ، فَإِيَّاكَ إِيَّاكَ، إِنَّ اللَّهَ (تَعَالَى) يَقُولُ: مَنْ أَذَلَّ لِي وَلِيّاً فَقَدْ أَرْصَدَ لِي بِالْمُحَارَبَةِ.

Wahai Ishaq, ketika tiba saatnya kau membayarkan zakat hartamu, bagaimana kau melakukannya? Ishaq menjawab: Orang-orang yang membutuhkan datang ke rumahku lalu aku memberi mereka. Imam membalas: Apa yang kau lakukan wahai Ishaq? Kau telah menghinakan orang-orang yang beriman. Jangan berbuat seperti itu. Karena Allah mengumumkan bahwa barang siapa menghinakan hambanya maka artinya ia memerangi Allah.

Al-Amaali Syaikh Thusi hal 195

Artinya, begitu seseorang merasa baik-baik saja dengan adanya orang miskin meminta-minta artinya ia telah menghinakannya dan itu perbuatan tercela.

Dengan demikian, sepatutnya orang yang beriman dalam perbuatan baiknya kepada sesamanya harus berhati-hati agar pahalanya tidak sirna karena perbuatan ini.

Referensi: hadith.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 + = 10