Apa benar saat Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad as ketika menangisi ayahnya, Imam Husain as, sampai menangis darah?
Maksud “menangis darah” adalah kiasan begitu dalamnya kesedihan Imam Sajjad as. Dalam Ziarah Nahiyah Muqaddasah yang dinisbatkan kepada Imam Zaman aj memang ada ungkapan yang mirip yaitu, “Jika air mata ini habis untuk menangisimu, sebagai gantinya darah yang akan mengalir dari mata-mataku.”
Imam Sajjad as putra Imam Husain as salah satu saksi mata peristiwa Karbala di tahun 61 Hijriah. Beliau melihat dari dekat bagaimana ayah tercintanya, pamannya Abul Fadhl Abbas dan saudara-saudaranya seperti Ali Akbar dan Ali Asghar, beserta segenap sahabat-sahabat dan sanak famili tewas di padang Karbala. Beliau juga menyaksikan bagaimana kehormatan Ahlul Bait as tercabik-cabik.
Siapapun yang berada di posisi Imam Sajjad as pasti mengalami kesedihan luar biasa. Saat Imam Sajjad as mendengar suara ayahnya, “Siapakah yang bisa menolongku?”, beliau dalam keadaan sakit parah ingin memaksakan diri untuk menolong ayahnya. Namun Imam Husain as berkata kepada Ummu Kultsum, “Tahan dia agar keturunan nabi tetap tersisa di dunia.”[1]
Imam Sajjad as bersama bibi-bibinya dan saudari-saudarinya beserta rombongan lainnya ditawan dan mereka mengalami tekanan batin yang begitu dalam. Bersama bibinya Sayyidah Zainab as mereka yang tersisa menyampaikan kepada semua orang apa yang telah terjadi dan hal itu menjadi cikal bakal kebangkitan-kebangkitan lainnya di tengah-tengah masyarakat Islam yang awam.
Sekian lama Imam Sajjad as berkabung meratapi tragedi Karbala. Berasarkan riwayat-riwayat yang sahih, langit, bumi, binatang-binatang liar, tumbuhan, benda mati, jin dan malaikat berkabung meratapi Imam Husain as.[2]
Kebenaran riwayat ini tidak bisa dipertanyakan. Imam adalah hujjah Allah, tidak hanya bagi manusia bahkan bagi alam semesta. Keberadaan alam semesta bertumpu pada keberadaan hujjah Allah ini.[3]
Cukup masuk akal sekali jika terbunuhnya hujjah Allah swt di muka bumi dapat menimbulkan kepedihan di hati alam semesta. Jadi istilah tangisan darah merupakan istilah yang dalam maknanya.
Sebagaimana yang disinggung sebelumnya, tangisan darah ini sering disebut dalam teks doa ziarah Nahiyah yang dinisbatkan kepada Imam Mahdi as. Yang artinya jika Imam Mahdi as menangis darah untuk Imam Husain as, begitu pula dengan Imam Sajjad as.
Dalam riwayat-riwayat ternama disebutkan bahwa Imam Sajjad as sampai 20 tahun menangisi Imam Husain as.[4] Pada suatu hari budak Imam Sajjad as berkata, “Wahai putra Rasulullah saw, kapan kesedihan Anda usai?” Imam menjawab, “Ya’qub as sang nabi yang memiliki 12 anak dan kehilangan nabi Yusuf as terus menangisinya hingga buta; sedang aku kehilangan ayahku, paman-pamankku dan tujuh belas keluargaku, bagaimana kesedihanku bisa berakhir?”[5]
Dengan sikap yang ditunjukkan oleh Imam Sajjad as ini, beliau menjaga bara api Asyura agar tetap hidup, hingga nilai-nilai yang diperjuangkan oleh ayahnya terus diketahui masyarakat. Beliau sering berkata, “Oh… Husain putra Rasulullah saw terbunuh dalam keadaan lapar. Putra Rasulullah saw terbunuh dalam keadaan haus.”
[1] Biharul Anwar, Jil. 45, hal. 46; Ad-Dam’ah As-Sabikah, jil. 4, hal. 334.
[2] Biharul Anwar, jil. 45, hal. 206, 207; Ibid, jil. 45, hal. 218; Ibid, jil. 45, hal. 233; Ibid, jil. 45, hal. 220, 229.
[3] Di jilid 45 kitab Biharul Anwar sering disebutkan tentang tangisan darah langit dan bumi.
[4] Biharul Anwar, jil. 46, hal. 63.
[5] Ibid, hal. 63.