Senin, Desember 9

Keistimewaan Beberapa Batu dalam Riwayat Ahlul Bait as

Akik

Banyak hadis dan riwayat yang menjelaskan keutamaan memakai batu akik. Sedangkan batu akik bisa ditemukan di berbagai negara, seperti Yaman, India, Cina, Iran dan negara-negara lainnya. Lalu batu akik manakah yang dimaksud?

Ibnu Syahr Asyub menukil dalam kitabnya Manaqib Al Abi Thalib dari Ibnu Abbas dan Sha’sha’ah dan Aisyah bahwa malaikat Jibril turun kepada nabi Muhammad saw dan ia berkata, “Wahai Muhammad, Tuhanku menyampaikan salam, dan memintamu untuk mengenakan cincin di tangan kananmu dan jadikanlah akik sebagai matanya. Katakan juga kepada anak pamanmu untuk mengenakan cincin di tangan kanannya dengan akik sebagai matanya.” Kemudian Imam Ali as bertanya kepada sang nabi, “Wahai Rasulullah saw, apa itu akik?” Nabi menjawab, “Akik adalah sebuah gunung di Yaman.”[1]

Pada suatu hari di salah satu peperangan, Imam Ali melewati jasad seseorang yang mengenakan cincin akik. Beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Ambilkan cincin yang ia pakai.” Imam Ali as merasa aneh melihat cincin itu dan berkata, “Kenapa engkau tidak menjaga pemilikmu agar ia tidak terbunuh?” Lalu batu tersebut berkata, “Aku bukan akik Yamani.”[2]

Dari dua riwayat ini sepertinya akik Yaman memang memiliki keistimewaan. Namun ini bukan berarti akik-akik lainnya tidak berharga. Dalam riwayat juga disebutkan bahwa sebagian aimah mengenakan akik Roma.[3]

Di bawah ini adalah keutamaan-keutamaan yang disebutkan dalam riwayat mengenai akik:

Batu pertama yang mengimani Allah swt, rasul-Nya dan para aimah

Diriwayatkan dari Salman Al-Farisi bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Imam Ali as, “Wahai Ali, kenakanlah cincin di tangan kananmu maka engkau akan termasuk orang-orang yang dekat.”

Imam Ali as bertanya, “Siapa itu orang-orang yang terdekat?”

Rasulullah saw menjawab, “Jibril dan Mikail.”

Lalu Imam Ali as kembali bertanya, “Dengan batu apa hendaknya aku memakai cincin?”

Beliau menjawab, “Dengan akik merah. Karena batu itu adalah batu pertama yang mengimani Allah swt sebagai Tuhan yang Maha Esa, aku sebagai nabi dan utusan-Nya, kamu sebagai washi (penerus) nabi-Nya dan anak-anakmu sebagai para imam…”[4]

Batu yang paling ikhlas kepada Allah swt dan tinggi imannya

Diriwayatkan dari Al-Mufaddhal bin ‘Umar dari Abu Abdillah as bahwa beliau berkata, “Aku ingin semua orang yang beriman mengenakan cincin dengan batu dari lima batu-batu ini… akik adalah yang paling ikhlas kepada Allah swt…”[5]

Gunung pertama yang bersaksi dengan wilayah Imam Ali as

Saat menyinggung peristiwa Ghadir, Imam Ridha as berkata, “…di antara gunung-gunung yang ada, gunung akik adalah yang pertama bersaksi dengan wilayah Imam Ali as, lalu gunung pirus dan gunung yaqut…”[6]

Bertasbihnya akik dan istighfarnya untuk para pecinta nabi Muhammad saw dan keluarganya

Diriwayatkan dari Basyir Al Dahan, bahwa ia berkata kepada Imam Abu Ja’far as, “Semoga aku jadi tebusanku, batu apakah yang lebih baik kugunakan untuk cincinku?”

Lalu sang imam menjawab, “Wahai Basyir, mengapa engkau tidak mengenakan batu akik baik merah, kuning atau putih…? …batu itu bertasbih kepada Allah swt dan memohonkan istighfar untuk para pecinta Muhammad saw dan keluarganya.”[7]

Perintah dari Jibril

Rasulullah saw bersabda, “Pakailah batu akik, karena Jibril membawakan aku batu itu dari surga dan memerintahkanku untuk menyeru kepada umatku agar mengenakan cincin dengan batu itu.”[8]

Batu yang disedekahkan Imam Ali as

Imam Ali as pernah mensedekahkan cincinnya saat beliau dalam keadaan ruku’ dalam shalatnya. Cincin yang beliau berikan adalah cincin dengan batu akik Yaman berwarna merah.[9]

Mengusir kefakiran

Imam Ridha as berkata, “Akik dapat mengusir kefakiran dan mengenakan akik dapt melunturkan kemunafikan.”[10]

Digunakan saat beristikharah

Jika Anda beristikharah, maka paling baiknya Anda melakukannya dengan mengenakan cincin akik yang terukir nama Muhammad dan Ali.[11]

Digunakan dalam mencari kesembuhan dengan turbah Al Husaini

Dalam kitab Bihar Al Anwar[12] disebutkan: Jika Anda ingin mencari kesembuhan, maka ambillah sedikit tanah Karbala dan Anda mengenakan cincin akik dengan ikat perak yang terukir kata-kata:

ما شاء الله لا حول و لا قوة الا بالله أستغفر الله

Saat menguburkan mayat

Menurut para ulama disarankan saat ada yang meninggal agar diletakkan batu akik yang terukir asma Allah dan 14 manusia suci di mulut sang mayat.[13]

Beliau juga pernah berkata, “Barang siapa mengenakan cincin akik, maka ia tidak akan jatuh miskin dan tidak akan ditakdirkan untuknya selain kebaikan.”[14]

Memperbanyak pahala saat shalat

Imam Shadiq as berkata, “Shalat dua raka’at dengan mengenakan cincin akik sama seperti shalat seribu raka’at tanpanya.”[15]

Mempercepat terkabulnya doa

Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa mengenakan cincin akik maka hajat-hajatnya terkabulkan.”[16]

Imam Ali as berkata, “Tiada tangan yang memanjatkan doa kepada Allah swt yang lebih disukai dari tangan yang mengenakan cincin akik.”[17]

Imam Shadiq as juga berkata, “Allah senang dengan hamba-Nya yang memanjatkan doa sambil mengenakan cincin akik.”[18]

Aman dari penguasa kejam dan apapun yang ditakuti

Imam Baqir as dalam hadisnya menjelaskan tentang batu akik dan berkata, “…batu akik mengamankan pemakainya dari ancaman penguasa kejam dan apapun yang ia takuti.”[19]

Aman dari segala bala

Imam Ali as berkata, “Kenakan cincin akik maka Allah swt akan memberkahi kalian dan kalian akan aman dari bala.”[20]

Imam Shadiq as juga berkata, “Sesungguhnya batu itu (akik) adalah penjaga dari segala bala.”[21]

Penjagaan saat bepergian

Diriwayatkan bahwa seseorang mengadu kepada Rasulullah saw karena dalam perjalanan kelompoknya dijarah dan dicuri barang-barangnya. Beliau berkata, “Mengaka engkau tidak mengenakan cincin akik? Akik dapat menjagamu dari keburukan.”[22]

Imam Shadiq as berkata, “Batu akik adalah sebuah penjagaan saat bepergian.”[23]

Agar selalu dalam kebaikan

Diriwayatkan dari Rasulullah saw, “Barang siapa mengenakan cincin akik, maka Allah akan memberi kebaikan pada penghujung hayatnya.”[24]

Menghilangkan duka lara

Rasulullah saw bersabda, “Pakailah cincin akik. Karena kalian tidak akan ditimpa kesedihan selama kalian memakainya.”[25]

Pirus

Batu pirus dapat ditemukan di berbagai negara, seperti Mesir, Cina, Amerika dan juga Iran. Banyak yang mengakui bahwa pirus terbaik adalah pirus Naisyabur. Naisyabur adalah nama sebuah tempat di dekat kota Masyhad di Iran.

Adapun keutamaan-keutamaan batu ini sebagai berikut:

Menguatkan pengelihatan, menenangkan jiwa dan membawa keberhasilan

Imam Shadiq as pernah berkata, “…batu pirus dapat menguatkan pengelihatan, melapangkan dada, menguatkan jantung dan orang yang memakainya akan menuai keberhasilan.”[26]

Mencegah kefakiran

Imam Shadiq as juga pernah berkata, “Barang siapa mengenakan cincin pirus maka tangannya tidak akan kekurangan.”

Meraih kemenangan

Diriwayatkan bahwa Imam Ali as juga mengenakan cincin pirus untuk meraih kemenangannya.[27]

Memudahkan terkabulnya doa

Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata, “Rasulullah saw bersabda: Allah swt merasa malu untuk tidak mengabulkan doa seseorang yang memanjatkan doanya sedang di tangannya terdapat cincin pirus.”[28]

Yaqut

Adapun keutamaan-keutamaan batu yaqut di antaranya adalah:

Dicatatkannya kebaikan

Imam Shadiq as berkata, “Disunahkan untuk mengenakan cincin yaqut dan terdapat pahala padanya.”[29]

Menjauhkan kemiskinan

Imam Ridha as pernah berkata, “Kenakanlah cincin yaqut karena itu akan menjauhkan kemiskinan.”[30]

Menenangkan hati

Rasulullah saw pernah bersabda kepada sahabat-sahabatnya, “Kenakanlah cincin yaqut karena bisa menenangkan hati dan pikiran.”[31]

Zamrud

Riwayat-riwayat mengenai keutamaan batu zamrud di antaranya adalah:

Memudahkan perkara

Imam Ridha as berkata, “Mengenakan cincin dengan batu zamrud dapat memudahkan urusan.”[32]

Menjauhkan kemiskinan

Rasulullah saw bersabda, “Mengenakan cincin zamrud dapat menjauhkan kemiskinan.”[33]

Imam Ridha as berkata, “Mengenakan cincin zamrud dapat mengubah kemiskinan menjadi kekayaan dan meluaskan rizki.”

Jaza’ Yamani

Yang dimaksud Jaza’ adalah akik hitam gelap yang dapat ditemukan di berbagai tempat. Namun yang ditekankan di sini adalah Jaza’ Yaman (akik Yamani hitam). Adapun keutamaan-keutamaannya seperti:

Beristighfar untuk pemakainya

Dinukil dari Imam Ridha as dari kakeknya, Imam Ali as. Beliau berkata, “Tiba Rasululla saw dan di tangannya terdapat cincin akik hitam Jaza’ yamani kemudian memimpin shalat berjamaah. Seusai shalat, beliau memberikan cincin itu kepadaku dan berkata, ‘Hai Ali, kenakanlah cincin ini di tangan kananmu dan shalatlah dengan menggunakannya. Tidakkah kamu tahu bahwa shalat dengan membawa batu ini pahalanya sama seperti tujuh puluh shalat? Batu ini juga bertasbih dan beristighfar untuk pemakainya.”[34]

Menjauhkan waswas dan tipu daya setan

Imam Ali as berkata, “Kenakanlah Jaza’ Yamani karena itu dapat menjauhkan tipu daya setan.”[35]

Durr An Najaf

Durr An Najaf yang artinya adalah mutiara Najaf adalah batu mulia dari golongan quartz. Meskipun harga batu ini tidak seberapa namun nilai spiritualnya cukup tinggi. Batu ini dapat ditemukan di Iraq dalam dua warna putih bening dan juga putih sedikit kemerahan.

Diriwayatkan dari Al Mufaddhal bin ‘Umar dari Abu Abdillah as bahwa orang yang mengenakan batu ini baik kaya maupun miskin akan mendapat pahala yang besar.[36]

Hadid Shin

Diriwayatkan dari Al Mufaddhal juga bahwa Imam Shadiq as mengatakan bahwa hadid shin dapat menepis kejahatan musuh dan siapapun yang mengancam bahaya baik dari kalangan jin dan manusia.[37]

[1] Al Manaqib Ibnu Syahr Asyub, jil. 3 hal 87; Bihar Al Anwar jil 42, hal. 309

[2] Al Durr Al Tsamin, hal 73

[3] Al Kafi, jil 6, hal 470

[4] Al Bihar, jil. 42, hal. 61; Al Wasail, jil. 5, hal 83; ‘Ilal Al Syarai’, jil. 1, hal. 158

[5] Wasail Al Syi’ah, jil. 14 hal. 403; Al Tadzhib, jil. 6, hal. 37

[6] Iqbal Al A’mal, jil. 2, hal. 262; Al Bihar, jil. 27 hal. 262

[7] Al Amali Syaikh Thusi, hal. 38; Bisyarah Al Musthafa, hal. 110; Al Bihar, jil. 8 hal. 187

[8] Makarim Al Akhlaq, hal. 88

[9] Syawahid Al Tanzil, jil. 1 hal. 212

[10] Al Kafi, jil. 6, hal. 470; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 85

[11] Misbah Al Kaf’ami, hal. 392

[12] Bihar Al Anwar, jil 98, hal. 137

[13] Falah Al Sail, hal. 75; Bihar Al Anwar, jil. 79, hal. 51

[14] Al Kafi, jil. 6, hal. 471; Tsawab Al A’mal, hal. 173

[15] Bihar Al Anwar, jil. 80, hal. 187; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 91

[16] Al Kafi, jil. 6, hal. 470; Al Wasail, jil. 5, hal 86

[17] Bihar Al Anwar, jil. 80, hal. 187

[18] Makarim Al Akhlaq, hal. 88; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 91

[19] Al Amali, hal. 38; Al Wasail, jil. 5, hal. 88

[20] Makarim Al Akhlaq, hal. 88; Al Wasail, jil. 5, hal. 90; Tsawab Al A’mal, hal. 74

[21] Makarim Al Akhlaq, hal. 88; Al Wasail, jil. 5, hal. 91

[22] Al Kafi, jil. 6, hal. 471; Al Wasail, jil. 5, hal. 89

[23] Al Kafi, jil. 6, hal. 470; Al Wasail, jil. 5, hal. 89

[24] Al Amali, hal. 311; Wasail Al Syiah, jil. 5, hal. 88

[25] Uyun Akhbar Al Ridha, jil. 1, hal. 51; Al Wasail, jil. 5, hal. 86; Makarim Al Akhlaq, hal. 87; Shahifah Al Ridha, hal. 62

[26] Al Tahdzib jil. 6, hal. 37; Wasail Al Syi’ah, jil. 14, hal. 403

[27] Al-Khishal, jil. 1, hal. 199; ‘Ilal Al Syarai’, jil. 5, hal. 94 dan 95; Al Manaqib, jil. 3, hal. 302; Al Bihar, jil. 42, hal. 62; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 98.

[28] Mahj Al Da’awat, hal. 395; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 95; Bihar Al Anwar, jil. 90, hal. 321

[29] Al Kafi, jil. 6, hal. 471; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 92

[30] Al Kafi, jil. 6, hal. 471; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 92

[31] Hilyah Al Muttaqin, hal. 18

[32] Al Kafi, jil. 6, hal. 471; Tsawab Al A’mal, hal. 176; Al Wasail, jil. 5, hal. 93.

[33] Makarim Al Akhlaq, hal. 89

[34] ‘Uyun Akhbar Al Ridha, jil. 1, hal. 140; Al Wasail, jil. 5, hal. 96; Bihar Al Anwar, jil. 80, hal. 188

[35] Al Kasafi, jil. 6, hal. 472; Wasail Al Syi’ah, jil. 5, hal. 96; Tsawab Al A’mal, hal. 176; Makarim Al Akhlaq, hal. 89; ‘Iddah Al Da’i, hal. 119; A’lam Al Din, hal. 393

[36] Al Tadzhib, jil. 6, hal. 37; Jami’ Al Akhbar, hal. 134; Wasail Al Syi’ah, jil. 14, hal. 403

[37] Al Tadzhib, jil. 6, hal. 37; Jami’ Al Akhbar, hal. 134; Wasail Al Syi’ah, jil. 14, hal. 403