Sabtu, Mei 4

Untuk apa Tuhan menguji manusia?

Tanya: Jika ada seorang manusia yang membuat dua buah kendi, yang satu memiliki dua pegangan dan yang lainnya hanya memiliki satu pegangan, maka ia tidak patut untuk mengomel dan memarahi kendi kedua serta berkata: “mengapa kamu hanya punya satu pegangan?” Ia sebagai pembuat kendi, jika misalkan ia telah menghancurkan kendinya, maka ia tetap mengetahui dan ingat bagaimana bentuk, warna serta ciri-ciri khas kendi yang telah ia hancurkan tersebut.

Misalkan ada seorang pelukis yang telah menciptakan sebuah lukisan pemandangan yang sangat indah. Dari awal goresan kuas sampai akhir pekerjaannya ia telah melakukan apa yang ia sukai. Dengan demikian ia benar-benar mengetahui lukisannya sendiri dan ia tidak cocok untuk berkata: “aku ingin tahu, apakah lukisan ini bagus atau jelek.” Maka seorang pencipta sesuatu tidak perlu lagi untuk bertanya-tanya dan memata-matai ciptaannya.

Adapun pertanyaan saya yang sebenarnya, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Tuhan telah menciptakan semua yang ada di langit dan di bumi; dan Ia mengetahui dengan jelas segala yang ada di sana. Karena: pertama, Ia yang telah menciptakan semuanya; dan kedua, jika Ia tidak tahu, maka ia lemah. Padahal Tuhan bukan dzat yang maha lemah; dan maha suci Allah Swt dari segala kelemahan. Lalu mengapa Tuhan harus menguji umat manusia padahal Ia sendiri yang telah menciptakannya dan garis-garis kehidupan semua makhluk ciptaan-Nya ada di tangan-Nya?

Jawab: Pertanyaan mengenai ujian Ilahi terhadap umat manusia yang telah anda tanyakan, yang mana di akhir surat anda telah menyimpulkannya seperti ini: “… mengapa Tuhan harus menguji umat manusia padahal Ia sendiri yang telah menciptakannya dan garis-garis kehidupan semua makhluk ciptaan-Nya ada di tangan-Nya?”, sebelum menjawabnya kita harus mengetahui bahwa Allah Swt pernah menerangkan rahasia penciptaan-Nya dalam Al-Qur’an dalam dua bentuk keterangan berikut:

Pertama, Dia berbicara kepada umat manusia dengan logika dan bahasa yang mudah. Allah Swt menjelaskan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam dan memiliki kekuasaan yang sangat luas; Dia adalah sang pencipta yang mana semuanya adalah hamba-hamba-Nya. Dia menerangkan bahwa kehidupan duniawi umat manusia yang merupakan sebuah pendahuluan bagi dimulainya kehidupan abadi di akherat; oleh karenanya manusia harus berjalan sesuai dengan perintah dan hukum-hukum-Nya. Allah Swt menerangkan bahwa dengan dijalankannya hukum-hukum Ilahi, maka siapa pun pelakunya akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda di akherat. Dengan demikian jika kita melihat kehidupan duniawi manusia dari sudut pandang ini, maka kita akan menyadari bahwa kehidupan sekarang ini merupakan ujian Ilahi yang mana Tuhan adalah yang menguji. Dan ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan hal ini banyak sekali; sebagaimana Ia berfirman: “Setiap yang hidup pasti akan mati. Dan Kami menguji kalian dengan kebaikan dan keburukan ….”[1]

Kedua, Allah berbicaara dengan bahasa, logika murni dan ideologi yang sesungguhnya. Dari sudut pandang ini, Allah dan alam dengan segenap kejadian yang baik dan yang buruk, bagaikan seorang pelukis dan lukisannya; yang di dalam lukisan itu terdapat pemandangan yang baik dan buruk pula. Dengan demikian, tidak ada lagi istilah uji menguji. Hanya perlu diketahui bahwa dalam permisalan ini, gambar umat manusia yang berada di dalam lukisan itu adalah makhluk yang dapat bergerak dan hidup dengan kehendaknya sendiri; yakni gambar manusia dalam lukisan itu memang sengaja digambar sebagai makhluk yang dengan sendirinya mampu melakukan tindakan apa saja, dan nilai baik atau buruknya bergantung pada nilai baik dan buruk perbuatannya.

[1] QS. Al-Anbiya’: 35.