Padahal umat Syiah sendiri meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib lebih afdhal dari pada anak-anaknya. Namun mengapa para pengikut mazhab Syiah tidak memperingati hari wafatnya sebagaimana mereka memperingati hari wafat anaknya, Husain bin Ali?
Jawaban:
Memang jelas Ali bin Abi Thalib as lebih mulia dari anak-anaknya. Begitu pula jelas nabi Muhammad saw lebih mulia daripada semua manusia. Adapun mengapa kita sangat membesarkan tragedi Asyura, karena tragedi itu memiliki hal-hal yang tidak dimiliki selainnya:
- Terbunuhnya Imam Husain as merupakan peristiwa yang begitu memukul. Yang mana beliau dan 72 orang dari sahabatnya, bahkan juga bayi-bayi yang masih menyusu, dibantai oleh sekelompok orang yang sama sekali tidak tercium bau iman dari diri mereka.
- Rasulullah saw dan Imam Ali as sendiri saat memikirkan bagaimanakah Imam Husain as kelak terbunuh, mereka menangis. Kita pun juga pernah menyinggung masalah ini pada jawaban pertanyaan ke-21. Imam Hasan as. juga pernah berkata kepada adiknya, “Tiada hari yang sebegitu berat seperti harimu wahai Abu Abdillah.” Sering juga Rasulullah saw mengadakan majlis aza secara khusus untuk Al Husain as meskipun peristiwa Karbala masih jauh belum terjadi.
Almarhum Allamah Amini dalam kitab Siratuna wa Sunnatuna, dalam sebuah pasal menjelaskan majlis aza khusus yang diadakan oleh Rasulullah saw bersama keluarganya.
- Pengorbanan Imam Husain as telah merubah alur sejarah secara drastis. Karena pada waktu itu Islam berada di tangan Bani Umayyah yang begitu haus kekuasaan dan jahil. Mereka berusaha membelokkan jalur Islam menuju penyelewengan. Namun Imam Husain as bangkit untuk membenahi agama kakeknya. Ia pernah berkata kepada salah satu antek Mu’awiyah:
“Jika umat Islam berada di tangan orang seperti Yazid, maka kita akan mengucapkan selamat tinggal kepada Islam.”[1]
Oleh karena itu, peringatan-peringatan Syiah diadakan atas tujuan untuk selalu menghidupkan nilai-nilai Asyura. Dan ini sama sekali tidak dapat diartikan kami begitu memuliakan Imam Husain as ketimbang ayahnya sendiri.
- Salah satu sisi yang dapat kita temui dalam peristiwa Asyura adalah, ada sekelompok masyarakat yang kelihatannya Muslim, mereka shalat, puasa, melakukan ritual-ritual Islami lainnya, namun begitu menjengkelkan saat kita mendengar merekalah yang telah membunuh Imam Husain as, cucu Rasulullah saw, dalam keadaan haus di mulut sungai Furat. Mereka menusukkan tombak di kepala beliau dan sahabat-sahabat beliau dan menyerahkannya kepada Yazid bin Mu’awiyah. Sungguh mencengangkan! Mereka bahkan ingin memiliki putri-putri nabi yang tertawan sebagai budak-budak perempuan mereka. Bukankah ini kejadihan yang paling pahit yang pernah menimpa keluarga nabi?
[1] Siratuna wa Sunnatuna, halaman 41 dan 98; Al Luhuf, halaman 99, cetakan Darul Uswah.