Jumat, Mei 3

Jika Muawiyah bejat, mengapa Imam Hasan as berdamai dengannya?

Jika Mu’awiyah adalah orang yang buruk, mengapa Hasan bin Ali memlih untuk berdamai dengannya?

Jawaban:

Pertanyaan ini adalah ulangan pertanyaan kedelapan dan tidak membutuhkan jawaban selain yang pernah diberikan sebelumnya. Namun di sini saya ingin memberikan sedikit tambahan:

  1. Mu’awiyah bin Abi Sufyan adalah orang pertama yang menyebarkan budaya mencaci sahabat dan meresmikannya. Ia adalah orang yang pernah mencaci khalifah masanya. Ketika ia mendengar bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash enggan untuk mencaci Ali bin Abi Thalib, ia bertanya padanya, “Mengapa engkau tidak mau mencaci Ali?” Ia menjawab, “Karena Ali memiliki tiga fadhilah (keutamaan) yang tidak dimiliki oleh orang selainnya dan aku ingin sekali memilikinya. Bagiku keutamaan itu lebih berharga dari harta apapun.”

Lalu Sa’ad bin Abi Waqqash menjelaskan tiga fadhilah tersebut yang secara singkatnya seperti ini:

  1. Dalam salah satu peperangan Rasulullah Saw tidak mengajaknya untuk ikut. Beliau memerintahkannya untuk menjadi wakilnya di Madinah. Ali bin Abi Thalib berkata kepada beliau, “Apakah anda meninggalkanku bersama para wanita dan anak-anak?” Rasulullah Saw menjawab, “Apakah engkau tidak rela dalam hubunganmu denganku untuk menjadi seperti Harun bagi Musa? Hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku.”
  2. Di saat perang Khaibar Rasulullah Saw berkata, “Esok aku akan memberikan bendera (untuk berperang) kepada seseorang yang mana ia mencintai Tuhan dan Rasul-Nya. Dan, Tuhan serta Rasul-Nya pun mencintainya.”

Kemudian setiap orang mengangkat kepalanya masing-masing dan berharap bendera akan diberikan kepadanya. Seraya memuji orang itu, Rasulullah Saw berkata, “Panggillah Ali.” Ali bin Abi Thalib datang sedang ia mengalami sakit mata. Rasulullah Saw mengusapkan air mulutnya ke mata Ali lalu penyakitnya sembuh. Beliau memberikan bendara kepadanya lalu Ali memenangkan benteng Khaibar.

  1. Saat ayat Mubahalah turun, kedua belah pihak (Rasulullah Saw dengan seorang yang menantangnya) berencana untuk membawa orang-orang terdekatnya masing-masing baik dari lelaki, perempuan dan anak-anak. Lalu di hari Mubahalah Rasulullah Saw membawa Ali, Fathimah, dan Hasan serta Husain. Lalu beliau berkata, “Ya Allah, mereka adalah keluargaku…”[1]

Kini kami bertanya, Orang yang mencela seorang sahabat seperti ini dan memaksa orang lain untuk mencelanya pula, apakah termasuk seorang Muslim?

Coba kita membaca tafsir Al Manar:

“Di Istanbul pernah diadakan suatu majlis pertemuan yang mana ada seorang pembesar dari Jerman di situ, begitu pula ada banyak para pembesar Makkah yang hadir. Ia berkata, “Bagi kami, bangsa Eropa, perlu untuk dibuat sebuah monumen berbentuk patung Mu’awiyah bin Abi Sufyan untuk dipajang di Berlin.”

Para hadirin bertanya, “Mengapa?”

“Karena ialah yang telah menjadikan pemerintahan Islam sebagai kerajaan. Jika tidak begitu, pasti Islam telah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan bangsa Eropa pasti Muslim semuanya.”[2]

Ustad Bukhari, yakni Ishaq bin Rahwiyah berkata, “Tidak ada satupun hadits shahi mengenai Mu’awiyah.” Ia memiliki cara sendiri dalam membicarakan Mu’awiyah. Dalam kitabnya, ia tidak menulis “Bab Keutamaan Mu’awiyah”, namun menulis “Bab Mengenai Mu’awiyah”.

Menurut ungkapan Ahmad bin Hambal, “Karena musuh-musuh Ali tidak dapat menemukan aib dalam diri Ali (untuk dijadikan titik lemahnya), mereka sibuk mengada-ada dan mengarang keutamaan-keutamaan untuk Mu’awiyah. Padahal Mu’awiyah tidak memiliki keutamaan apapun.”[3]

[1] Shahih Muslim, bagian Keutamaan Sahabat, bab Keutamaan Ali, hadits 2404.

[2] Al Manar, jilid 11, halaman 260.

[3] Fathul Baari, bab Keutamaan-Keutamaan Sahabat, bagian Mu’awiyah.