Imam Ja’far Shadiq as memiliki seorang murid, yang biasa hadir bersama murid-murid beliau lainnya dalam pengajian-pengajian rutin.
Pada suatu masa, beliau tidak pernah lagi melihatnya beberapa hari atau minggu. Imam pun bertanya kepada kawan-kawannya tentang keadaannya.
Salah satu dari mereka berkata, “Wahai Imam, keadaan si fulan itu memprihatinkan. Ia begitu miskin dan tidak punya apa-apa.”
Imam pun bertanya, “Lalu apa yang ia lakukan?”
“Tidak ada yang ia lakukan. Ia hanya diam di rumah sibuk beribadah sepanjang hari dan malam,” jawab kawan si fulan itu.
“Lalu bagaimana ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya?” tanya sang Imam.
Mereka menjawab, “Salah satu sahabatnya menanggung biaya hidupnya.”
Mendengar hal itu Imam berkata dengan tegas, “Demi Tuhan, kedudukan kawannya di mata Allah swt lebih tinggi dari pada dirinya.”
Wasail Syiah, 2/529