Pada suatu hari, saat Imam Hasan as dan Husain as kedua cucu nabi yang masih kecil melewati seorang kakek yang sedang berwudhu, mereka melihat kakek tersebut salah mengerjakan wudhu.
Mereka berdua berunding bagaimana caranya agar dapat menasehati kakek tersebut dan menyadarkan kesalahannya tanpa membuatnya marah karena mereka berdua adalah anak-anak sedangkan sang kakek berusia lanjut.
Akhirnya mereka bersepakat untuk bersandiwara dengan berpura-pura wudhu. Imam Hasan as dan Imam Husain as bercekcok dengan suara kencang, mereka rebut saling mengaku wudhunya paling benar.
Saat kakek mendengar kedua anak itu bertengkar, kakek menghampiri mereka. Setibanya kakek di dekat mereka, mereka memintanya untuk mengamati wudhu mereka berdua dan mengatakan wudhu siapa yang salah.
Imam Hasan as dan Husain as pun memperagakan wudhu masing-masing. Dengan melihat wudhu keduanya, si kakek justru merasa tidak enak, karena wudhu mereka adalah wudhu yang benar, lalu sadar wudhu yang ia lakukan selama ini salah.
Akhirnya kakek berkata: “Wudhu kalian yang benar, aku yang salah dalam mengerjakan wudhu selama ini.”
Demikianlah cara cucu-cucu nabi untuk menasehati dan mengajarkan sesuatu kepada orang yang lebih tua tanpa menyakiti perasaannya.