Jumat, Mei 3

Didoakan untuk menjadi kaya

Ada seseorang yang bernama Tsa’lab. Ia cukup rajin beribadah, ikut shalat berjamaah di masjid bersama nabi, dan juga tak pernah ketinggalan shalat Jum’at.

Ia termasuk orang yang miskin. Oleh karena itu, pada suatu saat ia meminta Rasulullah saw untuk mendoakannya agar bisa menjadi orang yang kaya.

Rasulullah sebenarnya enggan untuk mendoakannya agar menjadi kaya. Namun beliau bersedia mendoakannya, dan ternyata doanya terkabul.

Tsa’lab mendapat rejeki untuk memelihara kambing-kambing. Lambat laun, tak terasa kambing-kambingnya berkembang biak dan menjadi banyak; sampai-sampai ia kesulitan menghitungnya.

Semakin hari ia semakin sibuk, ia mulai jarang kelihatan di masjid. Sampai akhirnya ia sama sekali tak pernah terlihat di masjid untuk shalat jama’ah dan juga di shalat Jum’at.

Rasulullah saw mengutus seseorang untuk memungut zakat dari Tsa’lab. Namun Tsa’lab merasa enggan dan meminta utusan itu untuk menagihnya setelah menagih zakat orang-orang lain terlebih dahulu.

Sang utusan pun pergi memunguti zakat dari semua orang, kecuali Tsa’lab. Akhirnya utusan itu mendatangi Tsa’lab sebagai orang terakhir yang harus dipungut zakatnya.

Utusan berkata, “Sekarang tinggal kamu yang belum membayar zakat.”

Tsa’lab dengan cemberut berkata, “Sebenarnya aku tidak bersedia membayar zakat.”

Utusan bertanya, “Memang kenapa? Apa kamu miskin? Bukannya kamu saja tidak bisa menghitung kambing-kambingmu?”

Tsa’lab, “Sudahlah, aku tidak mau membayar zakat.”

Akhirnya utusan itu pun pergi dan menceritakan hal itu kepada Rasulullah. Sang nabi pun berkata, “Sejak awal saat hendak mendoakannya agar menjadi orang kaya, aku sudah mengkhawatirkan hal ini.”